Rabu, 30 Juli 2008

Kisah Sukses Willy Saelan

Willy Saelan merupakan putra tertua dari Ahmad Saelan lahir sekitar 38 tahun yang lalu. Masa sekolahnya tidak terlalu cemerlang (katanya), selama masa sekolah ia pernah jadi juara kelas hanya satu kali, selebihnya biasa-biasa saja (sekitar 10 besar !). Ketika naik kelas di SMA, ia harus memilih jurusan pasti atau Sosial (IPS), Ia ingat pesan neneknya supaya jadi dokter, makanya ia pilih jurusan biologi, tetapi baru 2 bulan berjalan pindah haluan, masuk ke jurusan sosial sebab cita-citanya ingin jadi diplomat. Semua guru di sekolah tersebut protes dan meminta agar Willy takjadi pindah, sebab katanya untuk jadi diplomat bisa berasal dari IPA, tetapi tekad Willy sudah bulat ia harus pindah ke IPS. Selama di SMA ia sering baca-baca buku di samping buku wajib yang dianjurkan oleh sekolah, juga berorganisasi dan membiasakan membaca dalam bahasa Inggris (ikut kebiasaan ayahnya). Lulus SMA ia masuk Fisip Unpad jurusan hubungan internasional dan dibawah bimbingan Prof. Rusadi Kantraprawira ia menyelesaikan tepat waktu. Kemudian yang bersangkutan masuk ke unilever, dan setelah bekerja beberapa tahun ia dapat beasiswa dari Inggris untuk melanjutkan studi di tingkat master. Ketika ia melapor ke unilever bahwa ia dapat beasiswa dari Inggris, maka komentar pimpinan unilever, silahkan saja tetapi ia harus keluar dari unilever, nanti kalau mau melamar lagi silahkan, tidak juga silahkan . Ayahnya menasehati agar tak usah meneruskan kuliah, toh sudah dapat pekerjaan yang cukup baik, tetapi setelah salat malam, Willy akhirnya memutuskan untuk meneruskan studi. Ayahnya hanya diam saja dan mempersilahkan pilih sendiri, dan risikonya ditanggung sendiri. Singkat cerita ia kuliah dan setelah 18 bulan ia meraih gelar master. Ia datang lagi ke unilever, dan unilever menerima kembali dengan tangan terbuka. Setelah beberapa lama bekerja, ia dapat tawaran dari City bank (di transfer !!), dan menduduki jabatan yg lumayan (sebagi Junior Director of City Bank), orang kedua di bank tersebut. Baru satu tahun bekerja di City Bank ia kembali diminta oleh Unilever untuk pindah lagi dan menduduki jabatan HRD di London (pusat Unilever selain di Amsterdam). Demikianlah kisah saya di unilever, hanya satu catatan yang dapat dikemukakan yaitu kepintaran secara akademis bukan satu-satunya yang harus dikejar, tetapi ada syarat lain yaitu dia harus belajar berorganisasi selama menjadi mahasiswa dan mencari teman bergaul yang baik. Mudah-mudahan dapat menjadi teladan bagi generasi penerus, khususnya adik dan alo-alo yang baik.

3 komentar:

Zacky Riskawa mengatakan...

Wah sayang ya.. kemaren KZack ga bisa datang pas ceramah a willy, memang a willy sedikit banyak mempengaruhi perjalanan hidup KZack.. Willy Saelan dengan cerita suksesnya seringkali sangat meng"inspiring" begitu juga dengan a dicky saelan, dan juga tentunya a reza riskawa.. hehe.. pengen kerja di luar belum kesampaean... pokoknya banggalah rasanya jadi bagian keluarga besar WARGADINATA...

Risna Muthmainnah Riskawa mengatakan...

I never said i love u...i know it's too late now...but still i want u to know that i really really love u, and i'm so proud to be your only daughter. I will always pray for u...hope u are in the much more better place right now..love u love u love u so...

Verry Firmansyah mengatakan...

Hebat..., apa kabar. Ini orang sejak SMP sudah cemerlang